Rabu, 22 September 2010

FRASE NOMINAL VERBAL ADJEKTIVA

Diposting oleh camila agustiani di 02.56 0 komentar
6.1.2 Struktur Frasa
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa frasa,dapat dibedakan menjadi frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektiva, frasa nu¬meral, frasa pronomina, dan frasa preposisional.

6.1.2.1 Frasa Nominal
Frasa nominal adalah frasa yang berinti nominal. Dari segi struktur, hasil gabungan nomina dengan kategori kata yang lain membentuk frasa:
>Frasa endosentrik atributif
>Frasa Nominal Endosentrik Koordinatif
>Frasa Nominal endosentrik apositif
Dari segi fungsi, frasa nominal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan komplemen kiausa atau kalimat. Sementara itu, hasil gabungan unsur pembentukan frasa nominal mengahsilkan makna struktural yang menunjukkan makna pemilikan, asal, sifat, tujuan, aditif, pilihan, penunjuk, urutan, aktivitas, dan lokatif.

6.1.2.2 Frasa Verbal
Frasa verbal adalah frasa yang dibentuk dengan unsur inti verba. Dari segi struktur, hasil gabungan verbadengan kategori kata lain menghasilkan struktur frasa verbal berikut.
a. Frasa verbal endosentrik atributif
b. Frasa endosentrik koordinatif:
c. Frasa verbal eksosentrik objektif

Dari segi fungsi, frasa verbal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, dan komplemen kiausa atau kalimat. Semen-tara itu, gabungan unsur pembentuk frasa verbal mengahsilkan arti struktural frasa yang menyatakan makna aspek, pilihan, cara berlangsungnya peristiwa, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan, tempat kejadian, dan penyertaan.

6.1.2.3 Frasa Adjektival
Frasa adjekti val adalah frasa yang berinti adjektiva Dari segi struktur hasil gabungan adjekti va dengan kategori kata lain dalam membentuk frasa adjektival menghasilkan struktur berikut.
a. Frasa adjektival endosentrik atributif
b. Frasa adjektival endosentrik koordinatif:
Dari segi fungsi, frasa adjekti val dapat erfungsi sebagai subjek dan predikat kiausa atau kalimat. Sementar itu, gabungan antara unsur pembentuk frasa adjektival menghasilkan makna struk-turai frasa yang menyatakan makna tingkat positif, tingkat lebih, tihgkat superlatif, pilihan, aditif, aspek, dan pen'awanan.

FRASE II

Diposting oleh camila agustiani di 02.53 0 komentar

FRASA


  1. Pengertian Frasa

Banyak sering memeprmasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang masih bisa dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.

Contoh:

      1. gedung sekolah itu

      2. yang akan pergi

      3. sedang membaca

      4. sakitnya bukan main

      5. besok lusa

      6. di depan.


Jika contoh itu ditaruh dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.

  1. Gedung sekolah itu(S) luas(P).

  2. Dia(S) yang akan pergi(P) besok(Ket).

  3. Bapak(S) sedang membaca(P) koran sore(O).

  4. Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(P).

  5. Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P).

  6. Bu guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).


Jadi, walau terdiri dari dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi. Pendapat lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat.

Contoh:

  1. Mereka(S) sering terlambat(P).

  2. Mereka(S) terlambat(P).

Ket: ( _ ) frasa.


Pada kalimat pertama kata ‘mereka’ yang terdiri dari satu kata adalah frasa. Sedangkan pada kedua kata berikutnya hanya kata ‘sering’ saja yang termasuk frasa karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan kata ‘sering sebagai pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya adalah frasa karena hanya terdiri dari satu kata pada tiap jabatannya.

Dari kedua pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa frasa bisa terdiri dari satu kata atau lebih selama itu tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan. Jumlah frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat bergantung pada jumlah fungsi yang terdapat pada kalimat itu juga.

Sebelum mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal tentang fungsi-fungsi sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S), Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel), dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi tersebut hanya karakteristik dari Keterangan saja yang tidak mempunyai lawan.

  1. Subjek dan Predikat.

    1. Bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.

Contoh:

Sedang belajar(P) mereka itu(S).

Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar? Jawabannya ‘mereka itu’.


    1. Berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.

    2. Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel –kah. Predikat dapat diberi partikel –kal.

Contoh:

Merka itu(S) sedang belajar(P).

Sedang belajarkah mereka itu?

Merekakah sedang belajar? (salah)


  1. Objek dan Pelengkap.

    1. Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.

    2. Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek).

    3. Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.

Contoh:

  1. Transitif(memerlukan objek)

    1. Orang itu(S) menjual(P). (Salah)

    2. Orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)

  2. Semi-transitif (bisa atau tidak perlu objek)

    1. Orang itu(S) minum(P).

    2. Orang itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).

    3. Es kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).

  3. Intransitif(tidak memerlukan objek).

    1. Tidak lengkap. Orang itu(S) mandi(P).

    2. Semi-lengkap.

      1. Orang itu(S) berjualan(P).

      2. Orang itu(S) berjualan(P) es kelapa muda(Pel).

    3. Lengkap.

      1. Organisasi itu(S) berlandaskan(P). (salah)

      2. Organisasi itu(S) berlandaskan(P) kegotongroyongan(Pel).


  1. Keterangan.

    1. Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap.

    2. Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.

    3. Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.

Contoh:

Dulu(Ket) orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).


  1. Jenis Frasa

Jenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.

  1. Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).

Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.

    1. Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.

Contoh:

Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).


Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.

Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.

  1. Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.

Contoh:

  1. rumah pekarangan

  2. suami istri dua tiga (hari)

  3. ayah ibu

  4. pembinaan dan pembangunan

  5. pembangunan dan pembaharuan

  6. belajar atau bekerja.


  1. Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.

Contoh:

  1. pembangunan lima tahun

  2. sekolah Inpres

  3. buku baru

  4. orang itu

  5. malam ini

  1. sedang belajar

  2. sangat bahagia.


Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.

  1. Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.

Contoh:

Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.

Ahmad, …….sedang belajar.

……….anak Pak Sastro sedang belajar.

Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:

  1. Yogya, kota pelajar

  2. Indonesia, tanah airku

  3. Bapak SBY, Presiden RI

  4. Mamad, temanku.


Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif


    1. Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.

Contoh:

Sejumlah mahasiswa di teras.


  1. Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.

Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.

    1. Frasa nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa:

  1. nomina sebenarnya

contoh:

pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan

  1. pronomina

contoh:

dia itu musuh saya

  1. nama

contoh:

Dian itu manis

  1. kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina

contoh:

dia rajinrajin itu menguntungkan

anaknya dua ekordua itu sedikit

dia berlariberlari itu menyehatkan

kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.


    1. Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.

Contoh:

Dia berlari.

Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.

    1. Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.

Contoh:

Rumahnya besar.

Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.

Contoh:

menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).

    1. Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.

Contoh:

dua buah

tiga ekor

lima biji

duapuluh lima orang.

    1. Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.

Contoh:

Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras

ke rumah teman

dari sekolah

untuk saya


    1. Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.

Contoh:

Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)

Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.

Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.


FRASA(E)

Diposting oleh camila agustiani di 02.52 0 komentar

Konsep Frasa

1) Pengertian Frasa

Secara sepintas tidak sulit mengenal hakikat frasa. Cukup banyak ditemukan defenisi frasa yang pada hakikatnya mempunyai konsep sama namun dari segi redaksional terdapat beberapa perbedaan. Secara umum frasa dikenal sebagai suatu satuan linguistic di atas kata. Untuk lebih jelasnya hakikat frasa dikemukakan beberapa pengertian para ahli bahasa.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Mulyono, dkk, 1991: 281) dikemukakan bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Sejalan itu, Parera (1993 : 32) mengemukakan bahwa frasa adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola kalimat maupun tidak. Senada dengan pengertian di atas Ramlan (dalam Djumingin, 2001: 3) mengemukakan bahwa frasa dalah satuan limguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas subjek atau predikat dengan kata lain sifatnya tidak predikatif. Demikian pula yang di kemukakan oleh Chaer (1994: 222) bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat.


Dari keempat pengertian frasa yang di kemukakan di atas, tampaknya tidak mempunyai perbedaan yang mendasar, kecuali dari segi redaksi kalimat. Dari pengertian frasa di atas dapat di kemukakan beberapa unsur dalam frasa, yaitu: 1) frasa terdiri dari dua kata atau lebih, 2) nonpredikat, 3) dapat menduduki fungsi sintaksis. Dari ketiga unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang non predikatif yang dapat menduduki fungsi sintaksis.

Untuk memperjelas hakikat frasa, ada baiknya dikemukakan contoh sebagai berikut :

Baju baru itu
Sedang membaca
Kemarin siang
Anak nakal itu
Sangat mahal
Kepala ibunya
Di dapur

Gabungan kata di atas merupakan frasa, karena merupakan kontreuksi yang nonpredikat. Salah satu contoh yaitu baju baru itu, dapat menduduki fungsi sintaksis seperti subjek, predikat, objek dan keterangan. Misalnya Tuti membeli baju baru itu. Baju baru itu menduduki fungsi sintaksis sebagai objek. (Tuti : Subjek, membeli : Predikat). Jadi, baji baru itu merupakan frasa meskipun terdiri atas tiga kata.

2) Penggolongan Frasa

Membicarakan frasa tampaknya sangat beragam karena harus dilihat dari berbagai sudut pandang. Memahami ragam frasa secara umum biasanya dilihat dari tiga sudut pandang, namun secara umum kebanyakan orang membedakan frasa atas dua golongan besar, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris.

Untuk lebih jelasnya, kedua golongan tersebut akan diuraikan berdasarkan berbagai referensi :

a) Frasa Endosentris

Sutarno (1979 : 128) mengemukakan bahwa frasa endosentris adalah frasa yang satuan kontruksinya berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya. dengan kata lain, frasa yang mempunyai fungsi yang sama dengan salah satu atau semua unsur langsungnya. Dari pengertian frasa endosentris tersebut dapat dipahami, bahwa dalam frasa endosentris terdapat dua unsur, yaitu unsur pusat dan unsur atribut.

Secara umum frasa endosentris dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu endosentris atribut, endosentris koordinatif dan endosentris apositif.

1. Frasa Endosentris Atributif

Frasa endosentris Atributif adalah frasa yang kedudukan unsurnya berbeda.
Contoh :

Gadis cantik jelita menari di panggung.
Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain :
Gadis cantik jelita
Frasa gadis cantik jelita terdiri atas dua unsur langsung, yaitu :
Gadis
Cantik jelata

Dalam pemakaiannya (distribusinya) frasa gadis cantik jelita, sama fungsinya dengan pemakaian unsur gadis, terbukti dalam kalimat :
Gadis cantik jelita menari di panggung.
Gadis menari di panggung.

Fungsi frasa gadis cantik jelita dalam kalimat diatas sebagai subjek, dan unsur gadis juga menduduki fungsi sebagai subjek. Dengan demikian, dapat dikatakan, bahwa frasa gadis cantik jelita sama fungsinya dengan salah satu unsurnya. Oleh karena itu, frasa gadis cantik jelita terdiri atas dua unsur inti dan unsur keterangan (atribut), maka frasa tersebut secara lengkap disebut frasa endosentris atribut.

Contoh lain :
Tiap-tiap hari
Amatbagus
Sepatahkata
Uang pembayaran utang
Guru besar
Panjang tangan

2. Frasa Endosentris Koordinatif

Frasa endosentris koordinatif adalah frasa yang kedudukan unsurnya sama.dalam kalimat ; Gadis cantik jelita menari di pentas, frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut dapat juga :

cantik jelita
Frasa cantik jelita terdapat dua unsur langsung, yaitu :
cantik
jelita

Dalam pemakaiannya (distribusinya) frasa cantik jelita, sama fungsinya dengan pemakaian unsur cantik, terbukti dalam kalimat :
Gadis cantik jelita menari di panggung.
Gadis cantik menari di panggung.
Gadis jelita menari di panggung.

Fungsi frasa cantik jelita dalam kalimat di atas sebagai keterangan subjek, serta unsur jelita juga menduduki fungsi sebagai keterangan subjek. Jadi fungsi kedua unsurnya bukan sebagai inti dan keterangan sebagaimana dalam frasa endosentris atributif, tetapi sebagai inti dan inti.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa frasa cantik jelita terdiri atas inti dan inti, maka frasa tersebut secara lengkap disebut frasa endosentris koordinatif.

Contoh lain :
untung rugi
susah senang
magah perkasa
makan minum
dua tiga orang
besar kecil

3. Frasa Endosentris Apositif

Frasa endosentris apositif pada hakikatnya pengembangan Frasa endosentris koodinatif. Hanya dari segi hubungan unsur yang salah satunya diterangkan dan salah satunya menerangkan.

Contoh :
Kekasihku Ani melambaikan tangan
Kalimat di atas terdiri atas frasa kekasihku Ani
Frasa kekasihku Ani terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
Kekasihku
Ani

Dalam pemakaiannya (distribusinya) frasa cantik jelita, sama fungsinya dengan pemakaian unsur kekasihku Ani, terbukti dalam kalimat :
Kekasihku Ani melambaikan tangan
Kekasihku melambaikan tangan
Ani melambaikan tangan

Fungsi distribusi kekasihku Ani dalam kalimat di atas sebagai subjek. Unsurkekasihku dan Ani juga menduduki fungsi sebagai objek. Jadi, kedudukan kedua unsur frasa kekasihku Ani ialah inti dan inti (setara). Oleh karena, frasa kekasihku Ani sama fungsinya dengan kedua unsurnya, sehingga disebut frasa endosentris. Akan tetapi, jika diperhatikan segi hubungan unsurnya yang terdiri atas :

Kekasihku sebagai unsur diterangkan, sedangkan Ani berfungsi sebagai unsur yang menerangkan. Oleh karena itu, frasa kekasihku Ani lengkapnya disebut frasa endosentris apositif.

Contoh lain :
Yanti kekasihnya
Hayati istrinya
Amir adiknya
Erwin kakaknya
Bahar teman karibnya

b) Frasa Eksosentris

Sutarno (1979 : 137) mengemukakan, bahwa frasa eksosentris adalah frasa yang dalam kalimat/kesatuan bahasa yang lebih besar mempunyai fungsi (lingkungan distribusi) tidak sama dengan unsur langsungnya atau tidak mengikuti unsur langsungnya.

Adapun jenis frasa eksosentris adalah frasa eksosentris preposisional, frasa eksosentris objektif, frasa eksosentris predikatif. Frasa eksosentris konjuktif.

1. Frasa Eksosentris Preposisional

Frasa eksosentris preposisional adalah frasa eksosentris yang salah satu terdiri atas preposisi.

Contoh :
Gadis cantik jelita menari di panggung
Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain :
di panggung
frasa di panggung terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
di
panggung

Dalam pemakaiannya (distribusinya) frasa di panggung tidak sama fungsinya dengan pemakaian unsur di dan tidak sama juga dengan unsur panggung.

Perhatikan pemakaiannya dalam kalimat berikut :
Gadis cantik jelita menari di… (tidak berfungsi sebagai keterangan tempat dan tidak berterima)
Gadis cantik jelita menari …panggung (tidak berfungsi sebagai keterangan tempat dan tidak berterima)

Dari contoh kalimat di atas, jelas bahwa fungsi frasa di panggung tidak sama fungsinya dengan salah satu unsurnya. Oleh karena itu disebut frasa eksosentris. Frasa di panggung unsur langsungnya terdiri atas preposisi dan kata/frasa, maka frasa di panggung disebut frasa eksosentris preposisional.

Contoh lain :
Di atas meja
untuk dinikmati
kepada ibunya
kekantor
dengan gembira
di pasar

2. Frasa Eksosentris Objektif

Frasa Eksosentris Objektif adalah frasa eksosentris yang kedudukannya salah satu unsurnbya berfungsi sebagai objek.

Contoh :
Ani melambaikan tangannya kepada penari.
Dalam kalimat Ani melambaikan tangannya kepada penari, frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain
Melambaikan tangannya
Frasa melambaikan tangannya terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
Melambaikan
tangannya

Dalam pemakaiannya (distribusinya) fasa melambaikan tangannya tidak sama fungsinya dengan pemakain unsur melambaikan dan tidak sama pula dengan unsur tangannya, hal ini terbukti dalam kalimat :

Ani melambaikan tangan kepada penari.
(berfungsi sebagai predikat)
Ani melambaikan kepada penari (bukan berfungsi sebagai predikat dan tidak berterima).
Ani tanganya kepada penari (bukan berfungsi sebagai predikat dan tidak berterima).

Dari uraian diatas, jelas dipahani bahwa fungsi frasa melambaikan tangannya tidak sama dengan fungsi salah satu unsurnya. Oleh karena itu, disebut frasa eksosentris. Frasa melambaikan tangannya unsur langsungnya terdiri atas kata kerja dan kata lain (kata benda) sebagai objek maka frasamelambaikan tangannya digolongkan frasa eksosentris objektif.

Contoh lain :
membaca Koran
menanam sayur
lari kencang
makan daging
menyusun naskah
menyampaikan pesan
mengemukakan usul
mencangkul kebun
menggali sumur
dan sebagainya

3. Frasa Eksosentris Predikatif

Frasa eksosentris predikatif adalah frasa eksosentris yang salah satu unsurnya berfungsi sebagai predikat dan unsurnya dapat dipertukarkan.

Contoh :
Gadis cantik menari, kekasihku Ani melambaikan tangannya.

Dalam kalimat kekasihku Ani melambaikan tangannya kepada penari di pentas, frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain :
Gadis cantik menari, kekasihku Ani melambaikan tangannya
Frasa kekasihku Ani melambaikan tangannya terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
kekasihku Ani
melambaikan tangannya.

Dalam pemakaiannya (distribusinya) fasa kekasihku Ani melambaikan tangannya tidak sama fungsinya dengan pemakain unsur kekasihku Ani dan tidak sama pula dengan unsur melambaikan tangannya, hal ini terbukti dalam kalimat :

Gadis cantik menari, kekasihku Ani melambaikan tangannya kepada penari.
(berfungsi sebagai keterangan akibat).
Gadis cantik menari kekasihku Ani (tidak berfungsi sebagai keterangan akibat).
Gadis cantik menari, melambaikan tangannya (tidak berfungsi sebagai keterangan akibat).

Dari contoh di atas, jelas dipahami bahwa fungsi frasa melambaikan tangannya tidak sama dengan fungsi salah satu unsurnya. Oleh karena itu, disebut frasa eksosentris. Jika diperhatikan unsur kekasihku Ani melambaikan tangannya merupakan pertemuan antara subjek dan predikat terbukti oleh renggangnya hubungan, sehingga kedua unsur itu dapat dipertukarkan tempatnya dengan mengubah maksud strukturnya yaitu melambaikan tangannya kekasihku Ani.

Contoh lain :
Waktu ayahku datang, Ibu memasak di dapur.
Ketika tamu sudah berdatangan, para petugas sibuk sekali

4. Frasa Eksosentris konjungktif

Frasa eksosentris konjungktif adalah frasa eksosentris yang kedudukannya salah satu unsurnya sebagai konjungsi atau kata sambung

Contoh
Ketika ayahku datang, Ibu memasak di dapur.
Dalam kalimat ketika ayahku datang, ibu memasak di dapur. Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain
ketika ayahku datang, ibu memasak di dapur
ketika ayahku datang, terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
ketika
Ayahku datang

Dalam pemakaiannya (distribusinya) frasa ketika ayahku datang tidak sama fungsinya dengan pemakain unsur ketika dan tidak sama pula dengan unsurayahku datang. Hal ini terbukti dalam kalimat sebagai berikut :

ketika ayahku datang, ibu memasak di dapur (berfungsi sebagai keterangan waktu). Ketika, ibu memasak di dapur (bukan keterangan waktu/bukan pertemuan yang bermakna/bukan gramatikal). Ayahku datang, ibu memasak di dapur (tidak berfungsi sebagai keterangan waktu).

Dari contoh di atas, jelas dipahami bahwa fungsi frasa ketika ayahku datangtidak sama dengan fungsi salah satu unsurnya. Oleh karena itu, disebut frasa eksosentris. karena unsurnya terdiri kata sambung (kongjungsi) maka frasaketika ayahku datang digolongkan frrasa eksosentris konjungktif

Contoh lain :
Waktu turun hujan lalu lintas sepi.
Saya pergi ke dokter, karena badan tidak sehat
Kita akan lulus ujian, bila rajin belajar.
Ia belum yakin, bahwa anaknya lulus.
Amir tidak pergi ke sekolah, karena sakit.
Orang itu berlari cepat, sehingga jatuh.
Jika hari tidak hujan, saya akan datang.
Ia pandai, tetapi malas.
Nur bukan anak saya, melainkan anak pak Ali.
Sedangkan tuan tidak sanggup mengerjakannya, apalagi saya.

Penggolongan frasa adakalanya dikategorikan sebagaimana yang telah diuraikan terdahulu, namun seperti halnya, digolongkan dalam kelas atau jenis. Maka frasa dapat juga digolongkan dalam beberapa jenis, yaiti ; frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa keterangan, dan frasa penanda (Sutarno, 1979).

1. Frasa Nomina (Benda)

Frasa nomina atau ( benda) adalah frasa yang mempunyai fungsi sama dengan kata benda biasanya menjadi subjek atau objek

Contoh :
Kami mendengar pidato presiden.
pidato presiden kami dengarkan
Ani membeli buku bahasa Indonesia.
Ia menyaksikan ombak memutih.
Ayah membeli kerbau dua ekor.

2. Frasa Verba (Kerja)

Frasa Verba (Kerja) adalah frasa yang unsur intinya sebagai kerja

Contoh :
Pesawat itu akan mendarat.
Pemuda itu sering merayu.
Ani sudah makan.
Murid-murid sering makan dan minum di kantin.
Kami boleh menyanyi atau menari.
Amir sedang membaca Koran.
Anak itu bermain lompat tali.

3. Frasa Adjektiva (Sifat)

Frasa Adjektiva (Sifat) adalah frasa yang unsur intinya sebagai sifat.

Contoh :
Buku itu terlalu banyak.
Gedung baru itu sangat megah.
Bunga itu sangat indah.
Ani menyanyi dengan gembira.
Bunga itu warnanya merah jambu.
Anak itu bodoh sekali.
Pohon kelapa itu tinggi sekali.
Ibu membeli baju putih.
Bapak menjual mobil tua itu.

4. Frasa Keterangan

Frasa keterangan adalah frasa yang unsur intinya berupa keterangan

Contoh :
Paman pergi ke Makassar tadi pagi.
Tuti rajin berolahraga supaya sehat.
Adik pergi ke pasar bersama Ibu.
Persoalan itu diselesaikan secara hukum.
Rahman membeli sepatu baru kemarin siang.
Nenek saya meninggal tahun lalu.

5. Frasa Penanda

Frasa penanda adalah frasa yang diawali dengan penanda (preposisi konjungsi, dan sebagainya)

Contoh :
Ia mengirimkan hadiah ulang tahun kepada Ibunya.
Anak ayam itu mati karena kepanasan.
Ibu memasak di dapur.
Ayah pergi ke kantor.
Ia belum yakin bahwa anaknya lulus.
Ia pandai tetapi malas.
Kita akan lulus ujian bila rajin belajar.
Orang itu berlari cepat sehingga jatuh.
Adik rajin belajar supaya pintar.



Senin, 06 September 2010

gtau

Diposting oleh camila agustiani di 23.44 0 komentar
pusing pusing pusing .
pokonya aku pusing sekarang .....
zzzzz
gogg goog gooog .errrrrrrrrrr
ahh sebel .

Rabu, 22 September 2010

FRASE NOMINAL VERBAL ADJEKTIVA

Diposting oleh camila agustiani di 02.56 0 komentar
6.1.2 Struktur Frasa
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa frasa,dapat dibedakan menjadi frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektiva, frasa nu¬meral, frasa pronomina, dan frasa preposisional.

6.1.2.1 Frasa Nominal
Frasa nominal adalah frasa yang berinti nominal. Dari segi struktur, hasil gabungan nomina dengan kategori kata yang lain membentuk frasa:
>Frasa endosentrik atributif
>Frasa Nominal Endosentrik Koordinatif
>Frasa Nominal endosentrik apositif
Dari segi fungsi, frasa nominal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan komplemen kiausa atau kalimat. Sementara itu, hasil gabungan unsur pembentukan frasa nominal mengahsilkan makna struktural yang menunjukkan makna pemilikan, asal, sifat, tujuan, aditif, pilihan, penunjuk, urutan, aktivitas, dan lokatif.

6.1.2.2 Frasa Verbal
Frasa verbal adalah frasa yang dibentuk dengan unsur inti verba. Dari segi struktur, hasil gabungan verbadengan kategori kata lain menghasilkan struktur frasa verbal berikut.
a. Frasa verbal endosentrik atributif
b. Frasa endosentrik koordinatif:
c. Frasa verbal eksosentrik objektif

Dari segi fungsi, frasa verbal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, dan komplemen kiausa atau kalimat. Semen-tara itu, gabungan unsur pembentuk frasa verbal mengahsilkan arti struktural frasa yang menyatakan makna aspek, pilihan, cara berlangsungnya peristiwa, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan, tempat kejadian, dan penyertaan.

6.1.2.3 Frasa Adjektival
Frasa adjekti val adalah frasa yang berinti adjektiva Dari segi struktur hasil gabungan adjekti va dengan kategori kata lain dalam membentuk frasa adjektival menghasilkan struktur berikut.
a. Frasa adjektival endosentrik atributif
b. Frasa adjektival endosentrik koordinatif:
Dari segi fungsi, frasa adjekti val dapat erfungsi sebagai subjek dan predikat kiausa atau kalimat. Sementar itu, gabungan antara unsur pembentuk frasa adjektival menghasilkan makna struk-turai frasa yang menyatakan makna tingkat positif, tingkat lebih, tihgkat superlatif, pilihan, aditif, aspek, dan pen'awanan.

FRASE II

Diposting oleh camila agustiani di 02.53 0 komentar

FRASA


  1. Pengertian Frasa

Banyak sering memeprmasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang masih bisa dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.

Contoh:

      1. gedung sekolah itu

      2. yang akan pergi

      3. sedang membaca

      4. sakitnya bukan main

      5. besok lusa

      6. di depan.


Jika contoh itu ditaruh dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.

  1. Gedung sekolah itu(S) luas(P).

  2. Dia(S) yang akan pergi(P) besok(Ket).

  3. Bapak(S) sedang membaca(P) koran sore(O).

  4. Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(P).

  5. Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P).

  6. Bu guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).


Jadi, walau terdiri dari dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi. Pendapat lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat.

Contoh:

  1. Mereka(S) sering terlambat(P).

  2. Mereka(S) terlambat(P).

Ket: ( _ ) frasa.


Pada kalimat pertama kata ‘mereka’ yang terdiri dari satu kata adalah frasa. Sedangkan pada kedua kata berikutnya hanya kata ‘sering’ saja yang termasuk frasa karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan kata ‘sering sebagai pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya adalah frasa karena hanya terdiri dari satu kata pada tiap jabatannya.

Dari kedua pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa frasa bisa terdiri dari satu kata atau lebih selama itu tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan. Jumlah frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat bergantung pada jumlah fungsi yang terdapat pada kalimat itu juga.

Sebelum mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal tentang fungsi-fungsi sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S), Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel), dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi tersebut hanya karakteristik dari Keterangan saja yang tidak mempunyai lawan.

  1. Subjek dan Predikat.

    1. Bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.

Contoh:

Sedang belajar(P) mereka itu(S).

Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar? Jawabannya ‘mereka itu’.


    1. Berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.

    2. Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel –kah. Predikat dapat diberi partikel –kal.

Contoh:

Merka itu(S) sedang belajar(P).

Sedang belajarkah mereka itu?

Merekakah sedang belajar? (salah)


  1. Objek dan Pelengkap.

    1. Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.

    2. Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek).

    3. Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.

Contoh:

  1. Transitif(memerlukan objek)

    1. Orang itu(S) menjual(P). (Salah)

    2. Orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)

  2. Semi-transitif (bisa atau tidak perlu objek)

    1. Orang itu(S) minum(P).

    2. Orang itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).

    3. Es kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).

  3. Intransitif(tidak memerlukan objek).

    1. Tidak lengkap. Orang itu(S) mandi(P).

    2. Semi-lengkap.

      1. Orang itu(S) berjualan(P).

      2. Orang itu(S) berjualan(P) es kelapa muda(Pel).

    3. Lengkap.

      1. Organisasi itu(S) berlandaskan(P). (salah)

      2. Organisasi itu(S) berlandaskan(P) kegotongroyongan(Pel).


  1. Keterangan.

    1. Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap.

    2. Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.

    3. Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.

Contoh:

Dulu(Ket) orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).


  1. Jenis Frasa

Jenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.

  1. Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).

Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.

    1. Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.

Contoh:

Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).


Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.

Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.

  1. Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.

Contoh:

  1. rumah pekarangan

  2. suami istri dua tiga (hari)

  3. ayah ibu

  4. pembinaan dan pembangunan

  5. pembangunan dan pembaharuan

  6. belajar atau bekerja.


  1. Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.

Contoh:

  1. pembangunan lima tahun

  2. sekolah Inpres

  3. buku baru

  4. orang itu

  5. malam ini

  1. sedang belajar

  2. sangat bahagia.


Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.

  1. Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.

Contoh:

Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.

Ahmad, …….sedang belajar.

……….anak Pak Sastro sedang belajar.

Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:

  1. Yogya, kota pelajar

  2. Indonesia, tanah airku

  3. Bapak SBY, Presiden RI

  4. Mamad, temanku.


Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif


    1. Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.

Contoh:

Sejumlah mahasiswa di teras.


  1. Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.

Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.

    1. Frasa nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa:

  1. nomina sebenarnya

contoh:

pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan

  1. pronomina

contoh:

dia itu musuh saya

  1. nama

contoh:

Dian itu manis

  1. kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina

contoh:

dia rajinrajin itu menguntungkan

anaknya dua ekordua itu sedikit

dia berlariberlari itu menyehatkan

kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.


    1. Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.

Contoh:

Dia berlari.

Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.

    1. Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.

Contoh:

Rumahnya besar.

Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.

Contoh:

menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).

    1. Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.

Contoh:

dua buah

tiga ekor

lima biji

duapuluh lima orang.

    1. Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.

Contoh:

Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras

ke rumah teman

dari sekolah

untuk saya


    1. Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.

Contoh:

Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)

Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.

Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.


FRASA(E)

Diposting oleh camila agustiani di 02.52 0 komentar

Konsep Frasa

1) Pengertian Frasa

Secara sepintas tidak sulit mengenal hakikat frasa. Cukup banyak ditemukan defenisi frasa yang pada hakikatnya mempunyai konsep sama namun dari segi redaksional terdapat beberapa perbedaan. Secara umum frasa dikenal sebagai suatu satuan linguistic di atas kata. Untuk lebih jelasnya hakikat frasa dikemukakan beberapa pengertian para ahli bahasa.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Mulyono, dkk, 1991: 281) dikemukakan bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif. Sejalan itu, Parera (1993 : 32) mengemukakan bahwa frasa adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola kalimat maupun tidak. Senada dengan pengertian di atas Ramlan (dalam Djumingin, 2001: 3) mengemukakan bahwa frasa dalah satuan limguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas subjek atau predikat dengan kata lain sifatnya tidak predikatif. Demikian pula yang di kemukakan oleh Chaer (1994: 222) bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat.


Dari keempat pengertian frasa yang di kemukakan di atas, tampaknya tidak mempunyai perbedaan yang mendasar, kecuali dari segi redaksi kalimat. Dari pengertian frasa di atas dapat di kemukakan beberapa unsur dalam frasa, yaitu: 1) frasa terdiri dari dua kata atau lebih, 2) nonpredikat, 3) dapat menduduki fungsi sintaksis. Dari ketiga unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang non predikatif yang dapat menduduki fungsi sintaksis.

Untuk memperjelas hakikat frasa, ada baiknya dikemukakan contoh sebagai berikut :

Baju baru itu
Sedang membaca
Kemarin siang
Anak nakal itu
Sangat mahal
Kepala ibunya
Di dapur

Gabungan kata di atas merupakan frasa, karena merupakan kontreuksi yang nonpredikat. Salah satu contoh yaitu baju baru itu, dapat menduduki fungsi sintaksis seperti subjek, predikat, objek dan keterangan. Misalnya Tuti membeli baju baru itu. Baju baru itu menduduki fungsi sintaksis sebagai objek. (Tuti : Subjek, membeli : Predikat). Jadi, baji baru itu merupakan frasa meskipun terdiri atas tiga kata.

2) Penggolongan Frasa

Membicarakan frasa tampaknya sangat beragam karena harus dilihat dari berbagai sudut pandang. Memahami ragam frasa secara umum biasanya dilihat dari tiga sudut pandang, namun secara umum kebanyakan orang membedakan frasa atas dua golongan besar, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris.

Untuk lebih jelasnya, kedua golongan tersebut akan diuraikan berdasarkan berbagai referensi :

a) Frasa Endosentris

Sutarno (1979 : 128) mengemukakan bahwa frasa endosentris adalah frasa yang satuan kontruksinya berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya. dengan kata lain, frasa yang mempunyai fungsi yang sama dengan salah satu atau semua unsur langsungnya. Dari pengertian frasa endosentris tersebut dapat dipahami, bahwa dalam frasa endosentris terdapat dua unsur, yaitu unsur pusat dan unsur atribut.

Secara umum frasa endosentris dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu endosentris atribut, endosentris koordinatif dan endosentris apositif.

1. Frasa Endosentris Atributif

Frasa endosentris Atributif adalah frasa yang kedudukan unsurnya berbeda.
Contoh :

Gadis cantik jelita menari di panggung.
Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain :
Gadis cantik jelita
Frasa gadis cantik jelita terdiri atas dua unsur langsung, yaitu :
Gadis
Cantik jelata

Dalam pemakaiannya (distribusinya) frasa gadis cantik jelita, sama fungsinya dengan pemakaian unsur gadis, terbukti dalam kalimat :
Gadis cantik jelita menari di panggung.
Gadis menari di panggung.

Fungsi frasa gadis cantik jelita dalam kalimat diatas sebagai subjek, dan unsur gadis juga menduduki fungsi sebagai subjek. Dengan demikian, dapat dikatakan, bahwa frasa gadis cantik jelita sama fungsinya dengan salah satu unsurnya. Oleh karena itu, frasa gadis cantik jelita terdiri atas dua unsur inti dan unsur keterangan (atribut), maka frasa tersebut secara lengkap disebut frasa endosentris atribut.

Contoh lain :
Tiap-tiap hari
Amatbagus
Sepatahkata
Uang pembayaran utang
Guru besar
Panjang tangan

2. Frasa Endosentris Koordinatif

Frasa endosentris koordinatif adalah frasa yang kedudukan unsurnya sama.dalam kalimat ; Gadis cantik jelita menari di pentas, frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut dapat juga :

cantik jelita
Frasa cantik jelita terdapat dua unsur langsung, yaitu :
cantik
jelita

Dalam pemakaiannya (distribusinya) frasa cantik jelita, sama fungsinya dengan pemakaian unsur cantik, terbukti dalam kalimat :
Gadis cantik jelita menari di panggung.
Gadis cantik menari di panggung.
Gadis jelita menari di panggung.

Fungsi frasa cantik jelita dalam kalimat di atas sebagai keterangan subjek, serta unsur jelita juga menduduki fungsi sebagai keterangan subjek. Jadi fungsi kedua unsurnya bukan sebagai inti dan keterangan sebagaimana dalam frasa endosentris atributif, tetapi sebagai inti dan inti.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa frasa cantik jelita terdiri atas inti dan inti, maka frasa tersebut secara lengkap disebut frasa endosentris koordinatif.

Contoh lain :
untung rugi
susah senang
magah perkasa
makan minum
dua tiga orang
besar kecil

3. Frasa Endosentris Apositif

Frasa endosentris apositif pada hakikatnya pengembangan Frasa endosentris koodinatif. Hanya dari segi hubungan unsur yang salah satunya diterangkan dan salah satunya menerangkan.

Contoh :
Kekasihku Ani melambaikan tangan
Kalimat di atas terdiri atas frasa kekasihku Ani
Frasa kekasihku Ani terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
Kekasihku
Ani

Dalam pemakaiannya (distribusinya) frasa cantik jelita, sama fungsinya dengan pemakaian unsur kekasihku Ani, terbukti dalam kalimat :
Kekasihku Ani melambaikan tangan
Kekasihku melambaikan tangan
Ani melambaikan tangan

Fungsi distribusi kekasihku Ani dalam kalimat di atas sebagai subjek. Unsurkekasihku dan Ani juga menduduki fungsi sebagai objek. Jadi, kedudukan kedua unsur frasa kekasihku Ani ialah inti dan inti (setara). Oleh karena, frasa kekasihku Ani sama fungsinya dengan kedua unsurnya, sehingga disebut frasa endosentris. Akan tetapi, jika diperhatikan segi hubungan unsurnya yang terdiri atas :

Kekasihku sebagai unsur diterangkan, sedangkan Ani berfungsi sebagai unsur yang menerangkan. Oleh karena itu, frasa kekasihku Ani lengkapnya disebut frasa endosentris apositif.

Contoh lain :
Yanti kekasihnya
Hayati istrinya
Amir adiknya
Erwin kakaknya
Bahar teman karibnya

b) Frasa Eksosentris

Sutarno (1979 : 137) mengemukakan, bahwa frasa eksosentris adalah frasa yang dalam kalimat/kesatuan bahasa yang lebih besar mempunyai fungsi (lingkungan distribusi) tidak sama dengan unsur langsungnya atau tidak mengikuti unsur langsungnya.

Adapun jenis frasa eksosentris adalah frasa eksosentris preposisional, frasa eksosentris objektif, frasa eksosentris predikatif. Frasa eksosentris konjuktif.

1. Frasa Eksosentris Preposisional

Frasa eksosentris preposisional adalah frasa eksosentris yang salah satu terdiri atas preposisi.

Contoh :
Gadis cantik jelita menari di panggung
Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain :
di panggung
frasa di panggung terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
di
panggung

Dalam pemakaiannya (distribusinya) frasa di panggung tidak sama fungsinya dengan pemakaian unsur di dan tidak sama juga dengan unsur panggung.

Perhatikan pemakaiannya dalam kalimat berikut :
Gadis cantik jelita menari di… (tidak berfungsi sebagai keterangan tempat dan tidak berterima)
Gadis cantik jelita menari …panggung (tidak berfungsi sebagai keterangan tempat dan tidak berterima)

Dari contoh kalimat di atas, jelas bahwa fungsi frasa di panggung tidak sama fungsinya dengan salah satu unsurnya. Oleh karena itu disebut frasa eksosentris. Frasa di panggung unsur langsungnya terdiri atas preposisi dan kata/frasa, maka frasa di panggung disebut frasa eksosentris preposisional.

Contoh lain :
Di atas meja
untuk dinikmati
kepada ibunya
kekantor
dengan gembira
di pasar

2. Frasa Eksosentris Objektif

Frasa Eksosentris Objektif adalah frasa eksosentris yang kedudukannya salah satu unsurnbya berfungsi sebagai objek.

Contoh :
Ani melambaikan tangannya kepada penari.
Dalam kalimat Ani melambaikan tangannya kepada penari, frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain
Melambaikan tangannya
Frasa melambaikan tangannya terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
Melambaikan
tangannya

Dalam pemakaiannya (distribusinya) fasa melambaikan tangannya tidak sama fungsinya dengan pemakain unsur melambaikan dan tidak sama pula dengan unsur tangannya, hal ini terbukti dalam kalimat :

Ani melambaikan tangan kepada penari.
(berfungsi sebagai predikat)
Ani melambaikan kepada penari (bukan berfungsi sebagai predikat dan tidak berterima).
Ani tanganya kepada penari (bukan berfungsi sebagai predikat dan tidak berterima).

Dari uraian diatas, jelas dipahani bahwa fungsi frasa melambaikan tangannya tidak sama dengan fungsi salah satu unsurnya. Oleh karena itu, disebut frasa eksosentris. Frasa melambaikan tangannya unsur langsungnya terdiri atas kata kerja dan kata lain (kata benda) sebagai objek maka frasamelambaikan tangannya digolongkan frasa eksosentris objektif.

Contoh lain :
membaca Koran
menanam sayur
lari kencang
makan daging
menyusun naskah
menyampaikan pesan
mengemukakan usul
mencangkul kebun
menggali sumur
dan sebagainya

3. Frasa Eksosentris Predikatif

Frasa eksosentris predikatif adalah frasa eksosentris yang salah satu unsurnya berfungsi sebagai predikat dan unsurnya dapat dipertukarkan.

Contoh :
Gadis cantik menari, kekasihku Ani melambaikan tangannya.

Dalam kalimat kekasihku Ani melambaikan tangannya kepada penari di pentas, frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain :
Gadis cantik menari, kekasihku Ani melambaikan tangannya
Frasa kekasihku Ani melambaikan tangannya terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
kekasihku Ani
melambaikan tangannya.

Dalam pemakaiannya (distribusinya) fasa kekasihku Ani melambaikan tangannya tidak sama fungsinya dengan pemakain unsur kekasihku Ani dan tidak sama pula dengan unsur melambaikan tangannya, hal ini terbukti dalam kalimat :

Gadis cantik menari, kekasihku Ani melambaikan tangannya kepada penari.
(berfungsi sebagai keterangan akibat).
Gadis cantik menari kekasihku Ani (tidak berfungsi sebagai keterangan akibat).
Gadis cantik menari, melambaikan tangannya (tidak berfungsi sebagai keterangan akibat).

Dari contoh di atas, jelas dipahami bahwa fungsi frasa melambaikan tangannya tidak sama dengan fungsi salah satu unsurnya. Oleh karena itu, disebut frasa eksosentris. Jika diperhatikan unsur kekasihku Ani melambaikan tangannya merupakan pertemuan antara subjek dan predikat terbukti oleh renggangnya hubungan, sehingga kedua unsur itu dapat dipertukarkan tempatnya dengan mengubah maksud strukturnya yaitu melambaikan tangannya kekasihku Ani.

Contoh lain :
Waktu ayahku datang, Ibu memasak di dapur.
Ketika tamu sudah berdatangan, para petugas sibuk sekali

4. Frasa Eksosentris konjungktif

Frasa eksosentris konjungktif adalah frasa eksosentris yang kedudukannya salah satu unsurnya sebagai konjungsi atau kata sambung

Contoh
Ketika ayahku datang, Ibu memasak di dapur.
Dalam kalimat ketika ayahku datang, ibu memasak di dapur. Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain
ketika ayahku datang, ibu memasak di dapur
ketika ayahku datang, terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
ketika
Ayahku datang

Dalam pemakaiannya (distribusinya) frasa ketika ayahku datang tidak sama fungsinya dengan pemakain unsur ketika dan tidak sama pula dengan unsurayahku datang. Hal ini terbukti dalam kalimat sebagai berikut :

ketika ayahku datang, ibu memasak di dapur (berfungsi sebagai keterangan waktu). Ketika, ibu memasak di dapur (bukan keterangan waktu/bukan pertemuan yang bermakna/bukan gramatikal). Ayahku datang, ibu memasak di dapur (tidak berfungsi sebagai keterangan waktu).

Dari contoh di atas, jelas dipahami bahwa fungsi frasa ketika ayahku datangtidak sama dengan fungsi salah satu unsurnya. Oleh karena itu, disebut frasa eksosentris. karena unsurnya terdiri kata sambung (kongjungsi) maka frasaketika ayahku datang digolongkan frrasa eksosentris konjungktif

Contoh lain :
Waktu turun hujan lalu lintas sepi.
Saya pergi ke dokter, karena badan tidak sehat
Kita akan lulus ujian, bila rajin belajar.
Ia belum yakin, bahwa anaknya lulus.
Amir tidak pergi ke sekolah, karena sakit.
Orang itu berlari cepat, sehingga jatuh.
Jika hari tidak hujan, saya akan datang.
Ia pandai, tetapi malas.
Nur bukan anak saya, melainkan anak pak Ali.
Sedangkan tuan tidak sanggup mengerjakannya, apalagi saya.

Penggolongan frasa adakalanya dikategorikan sebagaimana yang telah diuraikan terdahulu, namun seperti halnya, digolongkan dalam kelas atau jenis. Maka frasa dapat juga digolongkan dalam beberapa jenis, yaiti ; frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa keterangan, dan frasa penanda (Sutarno, 1979).

1. Frasa Nomina (Benda)

Frasa nomina atau ( benda) adalah frasa yang mempunyai fungsi sama dengan kata benda biasanya menjadi subjek atau objek

Contoh :
Kami mendengar pidato presiden.
pidato presiden kami dengarkan
Ani membeli buku bahasa Indonesia.
Ia menyaksikan ombak memutih.
Ayah membeli kerbau dua ekor.

2. Frasa Verba (Kerja)

Frasa Verba (Kerja) adalah frasa yang unsur intinya sebagai kerja

Contoh :
Pesawat itu akan mendarat.
Pemuda itu sering merayu.
Ani sudah makan.
Murid-murid sering makan dan minum di kantin.
Kami boleh menyanyi atau menari.
Amir sedang membaca Koran.
Anak itu bermain lompat tali.

3. Frasa Adjektiva (Sifat)

Frasa Adjektiva (Sifat) adalah frasa yang unsur intinya sebagai sifat.

Contoh :
Buku itu terlalu banyak.
Gedung baru itu sangat megah.
Bunga itu sangat indah.
Ani menyanyi dengan gembira.
Bunga itu warnanya merah jambu.
Anak itu bodoh sekali.
Pohon kelapa itu tinggi sekali.
Ibu membeli baju putih.
Bapak menjual mobil tua itu.

4. Frasa Keterangan

Frasa keterangan adalah frasa yang unsur intinya berupa keterangan

Contoh :
Paman pergi ke Makassar tadi pagi.
Tuti rajin berolahraga supaya sehat.
Adik pergi ke pasar bersama Ibu.
Persoalan itu diselesaikan secara hukum.
Rahman membeli sepatu baru kemarin siang.
Nenek saya meninggal tahun lalu.

5. Frasa Penanda

Frasa penanda adalah frasa yang diawali dengan penanda (preposisi konjungsi, dan sebagainya)

Contoh :
Ia mengirimkan hadiah ulang tahun kepada Ibunya.
Anak ayam itu mati karena kepanasan.
Ibu memasak di dapur.
Ayah pergi ke kantor.
Ia belum yakin bahwa anaknya lulus.
Ia pandai tetapi malas.
Kita akan lulus ujian bila rajin belajar.
Orang itu berlari cepat sehingga jatuh.
Adik rajin belajar supaya pintar.



Senin, 06 September 2010

gtau

Diposting oleh camila agustiani di 23.44 0 komentar
pusing pusing pusing .
pokonya aku pusing sekarang .....
zzzzz
gogg goog gooog .errrrrrrrrrr
ahh sebel .

 

Camila's blog Copyright © 2010 Designed by Ipietoon Blogger Template Sponsored by Emocutez