Rabu, 22 September 2010
FRASE NOMINAL VERBAL ADJEKTIVA
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa frasa,dapat dibedakan menjadi frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektiva, frasa nu¬meral, frasa pronomina, dan frasa preposisional.
6.1.2.1 Frasa Nominal
Frasa nominal adalah frasa yang berinti nominal. Dari segi struktur, hasil gabungan nomina dengan kategori kata yang lain membentuk frasa:
>Frasa endosentrik atributif
>Frasa Nominal Endosentrik Koordinatif
>Frasa Nominal endosentrik apositif
Dari segi fungsi, frasa nominal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan komplemen kiausa atau kalimat. Sementara itu, hasil gabungan unsur pembentukan frasa nominal mengahsilkan makna struktural yang menunjukkan makna pemilikan, asal, sifat, tujuan, aditif, pilihan, penunjuk, urutan, aktivitas, dan lokatif.
6.1.2.2 Frasa Verbal
Frasa verbal adalah frasa yang dibentuk dengan unsur inti verba. Dari segi struktur, hasil gabungan verbadengan kategori kata lain menghasilkan struktur frasa verbal berikut.
a. Frasa verbal endosentrik atributif
b. Frasa endosentrik koordinatif:
c. Frasa verbal eksosentrik objektif
Dari segi fungsi, frasa verbal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, dan komplemen kiausa atau kalimat. Semen-tara itu, gabungan unsur pembentuk frasa verbal mengahsilkan arti struktural frasa yang menyatakan makna aspek, pilihan, cara berlangsungnya peristiwa, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan, tempat kejadian, dan penyertaan.
6.1.2.3 Frasa Adjektival
Frasa adjekti val adalah frasa yang berinti adjektiva Dari segi struktur hasil gabungan adjekti va dengan kategori kata lain dalam membentuk frasa adjektival menghasilkan struktur berikut.
a. Frasa adjektival endosentrik atributif
b. Frasa adjektival endosentrik koordinatif:
Dari segi fungsi, frasa adjekti val dapat erfungsi sebagai subjek dan predikat kiausa atau kalimat. Sementar itu, gabungan antara unsur pembentuk frasa adjektival menghasilkan makna struk-turai frasa yang menyatakan makna tingkat positif, tingkat lebih, tihgkat superlatif, pilihan, aditif, aspek, dan pen'awanan.
FRASE II
FRASA
Pengertian Frasa
Banyak sering memeprmasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang masih bisa dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
Contoh:
gedung sekolah itu
yang akan pergi
sedang membaca
sakitnya bukan main
besok lusa
di depan.
Jika contoh itu ditaruh dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.
Gedung sekolah itu(S) luas(P).
Dia(S) yang akan pergi(P) besok(Ket).
Bapak(S) sedang membaca(P) koran sore(O).
Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(P).
Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P).
Bu guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).
Jadi, walau terdiri dari dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi. Pendapat lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat.
Contoh:
Mereka(S) sering terlambat(P).
Mereka(S) terlambat(P).
Ket: ( _ ) frasa.
Pada kalimat pertama kata ‘mereka’ yang terdiri dari satu kata adalah frasa. Sedangkan pada kedua kata berikutnya hanya kata ‘sering’ saja yang termasuk frasa karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan kata ‘sering sebagai pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya adalah frasa karena hanya terdiri dari satu kata pada tiap jabatannya.
Dari kedua pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa frasa bisa terdiri dari satu kata atau lebih selama itu tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan. Jumlah frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat bergantung pada jumlah fungsi yang terdapat pada kalimat itu juga.
Sebelum mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal tentang fungsi-fungsi sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S), Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel), dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi tersebut hanya karakteristik dari Keterangan saja yang tidak mempunyai lawan.
Subjek dan Predikat.
Bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.
Contoh:
Sedang belajar(P) mereka itu(S).
Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar? Jawabannya ‘mereka itu’.
Berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel –kah. Predikat dapat diberi partikel –kal.
Contoh:
Merka itu(S) sedang belajar(P).
Sedang belajarkah mereka itu?
Merekakah sedang belajar? (salah)
Objek dan Pelengkap.
Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek).
Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
Contoh:
Transitif(memerlukan objek)
Orang itu(S) menjual(P). (Salah)
Orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)
Semi-transitif (bisa atau tidak perlu objek)
Orang itu(S) minum(P).
Orang itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).
Es kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).
Intransitif(tidak memerlukan objek).
Tidak lengkap. Orang itu(S) mandi(P).
Semi-lengkap.
Orang itu(S) berjualan(P).
Orang itu(S) berjualan(P) es kelapa muda(Pel).
Lengkap.
Organisasi itu(S) berlandaskan(P). (salah)
Organisasi itu(S) berlandaskan(P) kegotongroyongan(Pel).
Keterangan.
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap.
Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh:
Dulu(Ket) orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).
Jenis Frasa
Jenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.
Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
rumah pekarangan
suami istri dua tiga (hari)
ayah ibu
pembinaan dan pembangunan
pembangunan dan pembaharuan
belajar atau bekerja.
Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
pembangunan lima tahun
sekolah Inpres
buku baru
orang itu
malam ini
sedang belajar
sangat bahagia.
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad, …….sedang belajar.
……….anak Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:
Yogya, kota pelajar
Indonesia, tanah airku
Bapak SBY, Presiden RI
Mamad, temanku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif
Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa di teras.
Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.
Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
Frasa nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa:
nomina sebenarnya
contoh:
pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan
pronomina
contoh:
dia itu musuh saya
nama
contoh:
Dian itu manis
kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.
Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh:
menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
dua buah
tiga ekor
lima biji
duapuluh lima orang.
Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras
ke rumah teman
dari sekolah
untuk saya
Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.
FRASA(E)
Konsep Frasa
Baju baru itu
Sedang membaca
Kemarin siang
Anak nakal itu
Sangat mahal
Kepala ibunya
Di dapur
2) Penggolongan Frasa
a) Frasa Endosentris
Gadis cantik jelita menari di panggung.
Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain :
Gadis cantik jelita
Frasa gadis cantik jelita terdiri atas dua unsur langsung, yaitu :
Gadis
Cantik jelata
Gadis menari di panggung.
Tiap-tiap hari
Amatbagus
Sepatahkata
Uang pembayaran utang
Guru besar
Panjang tangan
2. Frasa Endosentris Koordinatif
cantik jelita
Frasa cantik jelita terdapat dua unsur langsung, yaitu :
cantik
jelita
Gadis cantik menari di panggung.
Gadis jelita menari di panggung.
untung rugi
susah senang
magah perkasa
makan minum
dua tiga orang
besar kecil
3. Frasa Endosentris Apositif
Kekasihku Ani melambaikan tangan
Kalimat di atas terdiri atas frasa kekasihku Ani
Frasa kekasihku Ani terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
Kekasihku
Ani
Kekasihku melambaikan tangan
Ani melambaikan tangan
Yanti kekasihnya
Hayati istrinya
Amir adiknya
Erwin kakaknya
Bahar teman karibnya
b) Frasa Eksosentris
Contoh :
Gadis cantik jelita menari di panggung
Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain :
di panggung
frasa di panggung terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
di
panggung
Gadis cantik jelita menari di… (tidak berfungsi sebagai keterangan tempat dan tidak berterima)
Gadis cantik jelita menari …panggung (tidak berfungsi sebagai keterangan tempat dan tidak berterima)
Di atas meja
untuk dinikmati
kepada ibunya
kekantor
dengan gembira
di pasar
2. Frasa Eksosentris Objektif
Dalam kalimat Ani melambaikan tangannya kepada penari, frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain
Melambaikan tangannya
Frasa melambaikan tangannya terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
Melambaikan
tangannya
(berfungsi sebagai predikat)
Ani melambaikan kepada penari (bukan berfungsi sebagai predikat dan tidak berterima).
Ani tanganya kepada penari (bukan berfungsi sebagai predikat dan tidak berterima).
Contoh lain :
membaca Koran
menanam sayur
lari kencang
makan daging
menyusun naskah
menyampaikan pesan
mengemukakan usul
mencangkul kebun
menggali sumur
dan sebagainya
3. Frasa Eksosentris Predikatif
Gadis cantik menari, kekasihku Ani melambaikan tangannya.
Gadis cantik menari, kekasihku Ani melambaikan tangannya
Frasa kekasihku Ani melambaikan tangannya terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
kekasihku Ani
melambaikan tangannya.
(berfungsi sebagai keterangan akibat).
Gadis cantik menari kekasihku Ani (tidak berfungsi sebagai keterangan akibat).
Gadis cantik menari, melambaikan tangannya (tidak berfungsi sebagai keterangan akibat).
Contoh lain :
Waktu ayahku datang, Ibu memasak di dapur.
Ketika tamu sudah berdatangan, para petugas sibuk sekali
4. Frasa Eksosentris konjungktif
Ketika ayahku datang, Ibu memasak di dapur.
Dalam kalimat ketika ayahku datang, ibu memasak di dapur. Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain
ketika ayahku datang, ibu memasak di dapur
ketika ayahku datang, terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
ketika
Ayahku datang
Contoh lain :
Waktu turun hujan lalu lintas sepi.
Saya pergi ke dokter, karena badan tidak sehat
Kita akan lulus ujian, bila rajin belajar.
Ia belum yakin, bahwa anaknya lulus.
Amir tidak pergi ke sekolah, karena sakit.
Orang itu berlari cepat, sehingga jatuh.
Jika hari tidak hujan, saya akan datang.
Ia pandai, tetapi malas.
Nur bukan anak saya, melainkan anak pak Ali.
Sedangkan tuan tidak sanggup mengerjakannya, apalagi saya.
Kami mendengar pidato presiden.
pidato presiden kami dengarkan
Ani membeli buku bahasa Indonesia.
Ia menyaksikan ombak memutih.
Ayah membeli kerbau dua ekor.
2. Frasa Verba (Kerja)
Contoh :
Pesawat itu akan mendarat.
Pemuda itu sering merayu.
Ani sudah makan.
Murid-murid sering makan dan minum di kantin.
Kami boleh menyanyi atau menari.
Amir sedang membaca Koran.
Anak itu bermain lompat tali.
3. Frasa Adjektiva (Sifat)
Contoh :
Buku itu terlalu banyak.
Gedung baru itu sangat megah.
Bunga itu sangat indah.
Ani menyanyi dengan gembira.
Bunga itu warnanya merah jambu.
Anak itu bodoh sekali.
Pohon kelapa itu tinggi sekali.
Ibu membeli baju putih.
Bapak menjual mobil tua itu.
4. Frasa Keterangan
Contoh :
Paman pergi ke Makassar tadi pagi.
Tuti rajin berolahraga supaya sehat.
Adik pergi ke pasar bersama Ibu.
Persoalan itu diselesaikan secara hukum.
Rahman membeli sepatu baru kemarin siang.
Nenek saya meninggal tahun lalu.
5. Frasa Penanda
Contoh :
Ia mengirimkan hadiah ulang tahun kepada Ibunya.
Anak ayam itu mati karena kepanasan.
Ibu memasak di dapur.
Ayah pergi ke kantor.
Ia belum yakin bahwa anaknya lulus.
Ia pandai tetapi malas.
Kita akan lulus ujian bila rajin belajar.
Orang itu berlari cepat sehingga jatuh.
Adik rajin belajar supaya pintar.
Senin, 06 September 2010
gtau
Rabu, 22 September 2010
FRASE NOMINAL VERBAL ADJEKTIVA
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa frasa,dapat dibedakan menjadi frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektiva, frasa nu¬meral, frasa pronomina, dan frasa preposisional.
6.1.2.1 Frasa Nominal
Frasa nominal adalah frasa yang berinti nominal. Dari segi struktur, hasil gabungan nomina dengan kategori kata yang lain membentuk frasa:
>Frasa endosentrik atributif
>Frasa Nominal Endosentrik Koordinatif
>Frasa Nominal endosentrik apositif
Dari segi fungsi, frasa nominal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan komplemen kiausa atau kalimat. Sementara itu, hasil gabungan unsur pembentukan frasa nominal mengahsilkan makna struktural yang menunjukkan makna pemilikan, asal, sifat, tujuan, aditif, pilihan, penunjuk, urutan, aktivitas, dan lokatif.
6.1.2.2 Frasa Verbal
Frasa verbal adalah frasa yang dibentuk dengan unsur inti verba. Dari segi struktur, hasil gabungan verbadengan kategori kata lain menghasilkan struktur frasa verbal berikut.
a. Frasa verbal endosentrik atributif
b. Frasa endosentrik koordinatif:
c. Frasa verbal eksosentrik objektif
Dari segi fungsi, frasa verbal dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, dan komplemen kiausa atau kalimat. Semen-tara itu, gabungan unsur pembentuk frasa verbal mengahsilkan arti struktural frasa yang menyatakan makna aspek, pilihan, cara berlangsungnya peristiwa, tujuan kegiatan, sasaran kegiatan, tempat kejadian, dan penyertaan.
6.1.2.3 Frasa Adjektival
Frasa adjekti val adalah frasa yang berinti adjektiva Dari segi struktur hasil gabungan adjekti va dengan kategori kata lain dalam membentuk frasa adjektival menghasilkan struktur berikut.
a. Frasa adjektival endosentrik atributif
b. Frasa adjektival endosentrik koordinatif:
Dari segi fungsi, frasa adjekti val dapat erfungsi sebagai subjek dan predikat kiausa atau kalimat. Sementar itu, gabungan antara unsur pembentuk frasa adjektival menghasilkan makna struk-turai frasa yang menyatakan makna tingkat positif, tingkat lebih, tihgkat superlatif, pilihan, aditif, aspek, dan pen'awanan.
FRASE II
FRASA
Pengertian Frasa
Banyak sering memeprmasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang masih bisa dibagi menjadi bagian yang lebih kecil. Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
Contoh:
gedung sekolah itu
yang akan pergi
sedang membaca
sakitnya bukan main
besok lusa
di depan.
Jika contoh itu ditaruh dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.
Gedung sekolah itu(S) luas(P).
Dia(S) yang akan pergi(P) besok(Ket).
Bapak(S) sedang membaca(P) koran sore(O).
Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(P).
Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P).
Bu guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).
Jadi, walau terdiri dari dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi. Pendapat lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat.
Contoh:
Mereka(S) sering terlambat(P).
Mereka(S) terlambat(P).
Ket: ( _ ) frasa.
Pada kalimat pertama kata ‘mereka’ yang terdiri dari satu kata adalah frasa. Sedangkan pada kedua kata berikutnya hanya kata ‘sering’ saja yang termasuk frasa karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan kata ‘sering sebagai pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya adalah frasa karena hanya terdiri dari satu kata pada tiap jabatannya.
Dari kedua pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa frasa bisa terdiri dari satu kata atau lebih selama itu tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan. Jumlah frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat bergantung pada jumlah fungsi yang terdapat pada kalimat itu juga.
Sebelum mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal tentang fungsi-fungsi sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S), Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel), dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi tersebut hanya karakteristik dari Keterangan saja yang tidak mempunyai lawan.
Subjek dan Predikat.
Bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.
Contoh:
Sedang belajar(P) mereka itu(S).
Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar? Jawabannya ‘mereka itu’.
Berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel –kah. Predikat dapat diberi partikel –kal.
Contoh:
Merka itu(S) sedang belajar(P).
Sedang belajarkah mereka itu?
Merekakah sedang belajar? (salah)
Objek dan Pelengkap.
Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek).
Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
Contoh:
Transitif(memerlukan objek)
Orang itu(S) menjual(P). (Salah)
Orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)
Semi-transitif (bisa atau tidak perlu objek)
Orang itu(S) minum(P).
Orang itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).
Es kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).
Intransitif(tidak memerlukan objek).
Tidak lengkap. Orang itu(S) mandi(P).
Semi-lengkap.
Orang itu(S) berjualan(P).
Orang itu(S) berjualan(P) es kelapa muda(Pel).
Lengkap.
Organisasi itu(S) berlandaskan(P). (salah)
Organisasi itu(S) berlandaskan(P) kegotongroyongan(Pel).
Keterangan.
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap.
Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh:
Dulu(Ket) orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).
Jenis Frasa
Jenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.
Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
rumah pekarangan
suami istri dua tiga (hari)
ayah ibu
pembinaan dan pembangunan
pembangunan dan pembaharuan
belajar atau bekerja.
Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
pembangunan lima tahun
sekolah Inpres
buku baru
orang itu
malam ini
sedang belajar
sangat bahagia.
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad, …….sedang belajar.
……….anak Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:
Yogya, kota pelajar
Indonesia, tanah airku
Bapak SBY, Presiden RI
Mamad, temanku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif
Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa di teras.
Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.
Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
Frasa nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa:
nomina sebenarnya
contoh:
pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan
pronomina
contoh:
dia itu musuh saya
nama
contoh:
Dian itu manis
kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.
Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh:
menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
dua buah
tiga ekor
lima biji
duapuluh lima orang.
Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras
ke rumah teman
dari sekolah
untuk saya
Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.
FRASA(E)
Konsep Frasa
Baju baru itu
Sedang membaca
Kemarin siang
Anak nakal itu
Sangat mahal
Kepala ibunya
Di dapur
2) Penggolongan Frasa
a) Frasa Endosentris
Gadis cantik jelita menari di panggung.
Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain :
Gadis cantik jelita
Frasa gadis cantik jelita terdiri atas dua unsur langsung, yaitu :
Gadis
Cantik jelata
Gadis menari di panggung.
Tiap-tiap hari
Amatbagus
Sepatahkata
Uang pembayaran utang
Guru besar
Panjang tangan
2. Frasa Endosentris Koordinatif
cantik jelita
Frasa cantik jelita terdapat dua unsur langsung, yaitu :
cantik
jelita
Gadis cantik menari di panggung.
Gadis jelita menari di panggung.
untung rugi
susah senang
magah perkasa
makan minum
dua tiga orang
besar kecil
3. Frasa Endosentris Apositif
Kekasihku Ani melambaikan tangan
Kalimat di atas terdiri atas frasa kekasihku Ani
Frasa kekasihku Ani terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
Kekasihku
Ani
Kekasihku melambaikan tangan
Ani melambaikan tangan
Yanti kekasihnya
Hayati istrinya
Amir adiknya
Erwin kakaknya
Bahar teman karibnya
b) Frasa Eksosentris
Contoh :
Gadis cantik jelita menari di panggung
Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain :
di panggung
frasa di panggung terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
di
panggung
Gadis cantik jelita menari di… (tidak berfungsi sebagai keterangan tempat dan tidak berterima)
Gadis cantik jelita menari …panggung (tidak berfungsi sebagai keterangan tempat dan tidak berterima)
Di atas meja
untuk dinikmati
kepada ibunya
kekantor
dengan gembira
di pasar
2. Frasa Eksosentris Objektif
Dalam kalimat Ani melambaikan tangannya kepada penari, frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain
Melambaikan tangannya
Frasa melambaikan tangannya terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
Melambaikan
tangannya
(berfungsi sebagai predikat)
Ani melambaikan kepada penari (bukan berfungsi sebagai predikat dan tidak berterima).
Ani tanganya kepada penari (bukan berfungsi sebagai predikat dan tidak berterima).
Contoh lain :
membaca Koran
menanam sayur
lari kencang
makan daging
menyusun naskah
menyampaikan pesan
mengemukakan usul
mencangkul kebun
menggali sumur
dan sebagainya
3. Frasa Eksosentris Predikatif
Gadis cantik menari, kekasihku Ani melambaikan tangannya.
Gadis cantik menari, kekasihku Ani melambaikan tangannya
Frasa kekasihku Ani melambaikan tangannya terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
kekasihku Ani
melambaikan tangannya.
(berfungsi sebagai keterangan akibat).
Gadis cantik menari kekasihku Ani (tidak berfungsi sebagai keterangan akibat).
Gadis cantik menari, melambaikan tangannya (tidak berfungsi sebagai keterangan akibat).
Contoh lain :
Waktu ayahku datang, Ibu memasak di dapur.
Ketika tamu sudah berdatangan, para petugas sibuk sekali
4. Frasa Eksosentris konjungktif
Ketika ayahku datang, Ibu memasak di dapur.
Dalam kalimat ketika ayahku datang, ibu memasak di dapur. Frasa yang terdapat dalam kalimat tersebut antara lain
ketika ayahku datang, ibu memasak di dapur
ketika ayahku datang, terdiri atas dua unsur langsung yaitu :
ketika
Ayahku datang
Contoh lain :
Waktu turun hujan lalu lintas sepi.
Saya pergi ke dokter, karena badan tidak sehat
Kita akan lulus ujian, bila rajin belajar.
Ia belum yakin, bahwa anaknya lulus.
Amir tidak pergi ke sekolah, karena sakit.
Orang itu berlari cepat, sehingga jatuh.
Jika hari tidak hujan, saya akan datang.
Ia pandai, tetapi malas.
Nur bukan anak saya, melainkan anak pak Ali.
Sedangkan tuan tidak sanggup mengerjakannya, apalagi saya.
Kami mendengar pidato presiden.
pidato presiden kami dengarkan
Ani membeli buku bahasa Indonesia.
Ia menyaksikan ombak memutih.
Ayah membeli kerbau dua ekor.
2. Frasa Verba (Kerja)
Contoh :
Pesawat itu akan mendarat.
Pemuda itu sering merayu.
Ani sudah makan.
Murid-murid sering makan dan minum di kantin.
Kami boleh menyanyi atau menari.
Amir sedang membaca Koran.
Anak itu bermain lompat tali.
3. Frasa Adjektiva (Sifat)
Contoh :
Buku itu terlalu banyak.
Gedung baru itu sangat megah.
Bunga itu sangat indah.
Ani menyanyi dengan gembira.
Bunga itu warnanya merah jambu.
Anak itu bodoh sekali.
Pohon kelapa itu tinggi sekali.
Ibu membeli baju putih.
Bapak menjual mobil tua itu.
4. Frasa Keterangan
Contoh :
Paman pergi ke Makassar tadi pagi.
Tuti rajin berolahraga supaya sehat.
Adik pergi ke pasar bersama Ibu.
Persoalan itu diselesaikan secara hukum.
Rahman membeli sepatu baru kemarin siang.
Nenek saya meninggal tahun lalu.
5. Frasa Penanda
Contoh :
Ia mengirimkan hadiah ulang tahun kepada Ibunya.
Anak ayam itu mati karena kepanasan.
Ibu memasak di dapur.
Ayah pergi ke kantor.
Ia belum yakin bahwa anaknya lulus.
Ia pandai tetapi malas.
Kita akan lulus ujian bila rajin belajar.
Orang itu berlari cepat sehingga jatuh.
Adik rajin belajar supaya pintar.



